Habiburrahman El Shirazy
3 NOVEMBER 2012 | Noorbinsam.blogspot.com
Habiburrahman El
Shirazy lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976. Beliau adalah
seorang sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo. Founder dan Pengasuh Utama
Pesantren Karya dan Wirausaha BASMALA INDONESIA, yang berkedudukan di Semarang,
Jawa Tengah.
Namanya semakin terkenal semenjak Novel Ayat-Ayat Cinta sukses dipasaran dan diangkat ke layarlebar pada tahun 2004. Seperti novelnya, filmnya juga sukses dipasaran dengan jumlah penonton 3,8 juta.
Selain Ayat-Ayat Cinta Habiburahman juga menulis beberapa novel yang selalu dinanti khalayak karena dinilai membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi. Di antara karya-karyanya yang telah beredar di pasar adalah Pudamya Pesona Cleopatra (novelet, 2004), Di Atas Sajadah Cinta (kumpulan kisah teladan yang telah disinetronkan di Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (kumpulan kisah teladan, 2005), Ketika Cinta Bertasbih (novel fenomenal yang belum genap sebulan beredar telah terjual 30.000 eksemplar, 2007). Karyanya yang siap dirampungkan: Langit Makkah Berwarna Merah. Bidadari Bermata-Bening dan Bulan Madu di Yerusalem.
Selain menjadi penulis novel, Habiburahaman sendiri dikenal sebagai dai, novelis, dan penyair. Pada tahun 2010 lalu Habiburahman menjadi sutradara untuk film yang diangkat dari novelnya sendiri, Dalam Mihrab Cinta.
Namanya semakin terkenal semenjak Novel Ayat-Ayat Cinta sukses dipasaran dan diangkat ke layarlebar pada tahun 2004. Seperti novelnya, filmnya juga sukses dipasaran dengan jumlah penonton 3,8 juta.
Selain Ayat-Ayat Cinta Habiburahman juga menulis beberapa novel yang selalu dinanti khalayak karena dinilai membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi. Di antara karya-karyanya yang telah beredar di pasar adalah Pudamya Pesona Cleopatra (novelet, 2004), Di Atas Sajadah Cinta (kumpulan kisah teladan yang telah disinetronkan di Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (kumpulan kisah teladan, 2005), Ketika Cinta Bertasbih (novel fenomenal yang belum genap sebulan beredar telah terjual 30.000 eksemplar, 2007). Karyanya yang siap dirampungkan: Langit Makkah Berwarna Merah. Bidadari Bermata-Bening dan Bulan Madu di Yerusalem.
Selain menjadi penulis novel, Habiburahaman sendiri dikenal sebagai dai, novelis, dan penyair. Pada tahun 2010 lalu Habiburahman menjadi sutradara untuk film yang diangkat dari novelnya sendiri, Dalam Mihrab Cinta.
Beberapa penghargaan
bergengsi berhasil diraihnya, anfara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite
Bookand Writer 2005 dan / BF Award2006. Tak jarang ia diundang. untuk berbicara
di forum-forum nasional maupun internasional, baik dalam kapasitastaya sebagai
dai, novelis, maupun penyair. Seperti di Cairo, Kuala Lumpur, Hongkong, dan
lain-lain.
Hal yang membuat saya kagum adalah tujuan beliau dalam menulis novel-novelnya. Habiburrahman ingin menjadikan novel yang ditulisnya sebagai sarana untuk membumikan ayat-ayat suci Al-Quran. Sehingga Al-Quran bisa benar-benar hidup dan menjadi pedoman hidup yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain hasil dari tadabbur terhadap ayat-ayat suci Allah dalam Al-Quraanul Kariim. Beliau juga sering melakukan riset untuk mengambil setting dalam novelnya, sehingga cerita dalam novel-novel beliau terasa lebih hidup.
Selain itu pengalamannya saat menjadi sutradara film Dalam Mihrab Cinta. Beliau hanya bermodalkan nekad seperti tokoh Syamul dalam film itu. Sebelumnya novel yang diangkat menjadi film disutradarai oleh sutradara terkenal seperti Hanung Brahmantyo yang menyutradari film Ayat-Ayat Cinta.
Hal yang membuat saya kagum adalah tujuan beliau dalam menulis novel-novelnya. Habiburrahman ingin menjadikan novel yang ditulisnya sebagai sarana untuk membumikan ayat-ayat suci Al-Quran. Sehingga Al-Quran bisa benar-benar hidup dan menjadi pedoman hidup yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain hasil dari tadabbur terhadap ayat-ayat suci Allah dalam Al-Quraanul Kariim. Beliau juga sering melakukan riset untuk mengambil setting dalam novelnya, sehingga cerita dalam novel-novel beliau terasa lebih hidup.
Selain itu pengalamannya saat menjadi sutradara film Dalam Mihrab Cinta. Beliau hanya bermodalkan nekad seperti tokoh Syamul dalam film itu. Sebelumnya novel yang diangkat menjadi film disutradarai oleh sutradara terkenal seperti Hanung Brahmantyo yang menyutradari film Ayat-Ayat Cinta.
0 komentar:
Post a Comment